Penerbit : Diva Press
Tahun Terbit : April 2008 (Cetakan I), Mei 2008 (Cetakan II, III, IV)
Pengarang : Taufiqurrahman al Azizy
Resensi :
Dalam novel munajat cinta ini, Kang
Taufiq yang lahir tanggal 9 Desember 1975,memberitahu kita untuk memahami
kedudukan seorang hamba dihadapan Allah SWT, dan memberikan inspirasi kepada
setiap muslim dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
Novel Munajat Cinta menuturkan dengan
sangat kuat pergulatan jati diri penuh liku seorang gadis yang mencari
kesejatian hidup, cinta dan imannya. Sebuah novel religius yang penuh intrik,
kemelut, tegangan, getaran, kasih sayang, sekaligus air mata.
Ruwayda, seorang gadis yang diberkahi
kecerdasan yang istimewa. Lahir dari keluarga kaya, yang tiba-tiba jatuh miskin
lantaran ayahnya bangkrut.sehingga Ia pun harus mengubur impiannya untuk duduk
di bangku kuliah. Hampir setiap hari orang tuanya terlibat pertengkaran. Ini
membuat Ayda tertekan. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan orang tuanya yang
sedang terbakar api derita.
Niat untuk mengakhiri hidupnya di
tanah pekuburan Paponan sudah bulat. Namun tiba-tiba ia teringat kata-kata Pak
Habiburrahman yaitu guru agamanya dulu yang begitu menyejukkan bagai embun
pagi. Dari nasihat beliau, Ayda kemudian menemukan tekad untuk mencari entah
apa yang tentang dirinya yang akan menyelamatkan, menyenangkan, dan membahagiakannya.
Kemudian Ayda bergegas pulang, dan
memohon izin untuk pergi mecari jati dirinya. Tak lupa ia pamit juga dengan Pak
Habiburrahman, dan memperoleh bekal kerudung dan sebuah buku “Fatimah
az-Zahra”,serta sejumlah uang dari istri beliau.
Perjalanan dimulai, langkah demi
langkah ia ditempuh tanpa mengetahui arah tujuan. Nasihat demi nasihat,
pengalaman demi pengalaman direguknya. Hingga sampailah ia di Wonosobo. Dan
disinilah ia bertemu dengan seorang gadis kecil yang sakit-sakitan, namun
selalu tegar. Ialah Raudhotul Jannah, yang dalam sakitnya selalu menyebut asma
Allah sampai tumpah air matanya. Darinya, Ayda banyak belajar tentang arti
hidup, hingga akhirnya dia menemukan jati diri yang selama ini dicarinya.
Sekarang Ayda tau bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Dia telah melihat kebenaran
firman Allah.
Kelebihannya : Novel ini mengajarkan kita arti kehidupan serta menawarkan ilmu yang sangat berguna bagi kita nantinya.
Kekurangannya : Tidak adanya kata pengantar dan daftar isi yang sebenarnya memudahkan pembaca untuk melihat isi novel secara sekilas.
Kelebihannya : Novel ini mengajarkan kita arti kehidupan serta menawarkan ilmu yang sangat berguna bagi kita nantinya.
Kekurangannya : Tidak adanya kata pengantar dan daftar isi yang sebenarnya memudahkan pembaca untuk melihat isi novel secara sekilas.
Pesan Moral :
Kita harus memahami kedudukan kita sebagai seorang
hamba dihadapan Allah SWT,sesungguhnya
bukanlah harta, kedudukan yang akan menemani kita setelah tiada melainkan amal
dan perbuatan salehlah yang dapat membantu kita.