Sabtu, 03 Januari 2015

Resensi Novel "Munajat Cinta"

Munajat Cinta





















Penerbit        : Diva Press

Tahun Terbit : April 2008 (Cetakan I), Mei 2008 (Cetakan II, III, IV)
Pengarang   : Taufiqurrahman al Azizy
Resensi       :
Dalam novel munajat cinta ini, Kang Taufiq yang lahir tanggal 9 Desember 1975,memberitahu kita untuk memahami kedudukan seorang hamba dihadapan Allah SWT, dan memberikan inspirasi kepada setiap muslim dalam menjalani kehidupan yang lebih baik.
Novel Munajat Cinta menuturkan dengan sangat kuat pergulatan jati diri penuh liku seorang gadis yang mencari kesejatian hidup, cinta dan imannya. Sebuah novel religius yang penuh intrik, kemelut, tegangan, getaran, kasih sayang, sekaligus air mata.
Ruwayda, seorang gadis yang diberkahi kecerdasan yang istimewa. Lahir dari keluarga kaya, yang tiba-tiba jatuh miskin lantaran ayahnya bangkrut.sehingga Ia pun harus mengubur impiannya untuk duduk di bangku kuliah. Hampir setiap hari orang tuanya terlibat pertengkaran. Ini membuat Ayda tertekan. Ia memutuskan untuk pergi meninggalkan orang tuanya yang sedang terbakar api derita.
Niat untuk mengakhiri hidupnya di tanah pekuburan Paponan sudah bulat. Namun tiba-tiba ia teringat kata-kata Pak Habiburrahman yaitu guru agamanya dulu yang begitu menyejukkan bagai embun pagi. Dari nasihat beliau, Ayda kemudian menemukan tekad untuk mencari entah apa yang tentang dirinya yang akan menyelamatkan, menyenangkan, dan membahagiakannya.
Kemudian Ayda bergegas pulang, dan memohon izin untuk pergi mecari jati dirinya. Tak lupa ia pamit juga dengan Pak Habiburrahman, dan memperoleh bekal kerudung dan sebuah buku “Fatimah az-Zahra”,serta sejumlah uang dari istri beliau.
Perjalanan dimulai, langkah demi langkah ia ditempuh tanpa mengetahui arah tujuan. Nasihat demi nasihat, pengalaman demi pengalaman direguknya. Hingga sampailah ia di Wonosobo. Dan disinilah ia bertemu dengan seorang gadis kecil yang sakit-sakitan, namun selalu tegar. Ialah Raudhotul Jannah, yang dalam sakitnya selalu menyebut asma Allah sampai tumpah air matanya. Darinya, Ayda banyak belajar tentang arti hidup, hingga akhirnya dia menemukan jati diri yang selama ini dicarinya. Sekarang Ayda tau bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Dia telah melihat kebenaran firman Allah.

Kelebihannya : Novel ini mengajarkan kita arti kehidupan serta menawarkan ilmu yang sangat berguna bagi kita nantinya.

Kekurangannya : Tidak adanya kata pengantar dan daftar isi yang sebenarnya memudahkan pembaca untuk melihat isi novel secara sekilas.

Pesan Moral :
Kita harus memahami kedudukan kita sebagai seorang hamba dihadapan Allah SWT,sesungguhnya bukanlah harta, kedudukan yang akan menemani kita setelah tiada melainkan amal dan perbuatan salehlah yang dapat membantu kita.