Rabu, 29 Maret 2017

Jenis Terapi dalam mahzab Psikoanalisa, Humanistik dan Behavior

PSIKOANALISA



A.    SEJARAH SINGKAT PSIKOANALISA

Sigmund Freud merupakan tokoh pendiri psikoanalisis atau disebut juga aliran psikologi dalam (depth psychology) ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul di permukaan air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu, yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conscious-ness). Agak di bawah permukaan air adalah bagian yang disebutnya prakesadaran atau subconsciousness atau preconsciousness. Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Bagian yang terbesar dari gunung es itu berada di bawah permukaan air sama sekali dan dalam hal jiwa merupakan alam ketidaksadaran (unconscousness). Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Dorongandorongan ini mendesak ke atas, sedangkan tempat di atas sangat terbatas sekali.Tinggallah "Ego" (Aku) yang memang menjadi pusat daripada kesadaran yang harus mengatur dorongan-dorongan mana yang harus tetap tinggal di ketidaksadaran. Sebagian besar dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu memang harus tetap tinggal dalam ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau "Ego" tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah kelainan-kelainan kejiwaan seperti psikoneurosa atau psikose.Dorongan-dorongan yang terdapat dalam ketidaksadaran sebagian adalah dorongan-dorongan yang sudah ada sejak manusia lahir, yaitu dorongan seksual dan dorongan agresi, sebagian lagi berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan pengalaman itu bersifat traumatis (menggoncangkan jiwa),sehingga perlu ditekan dan dimasukkan dalam ketidaksadaran. Sebagai teori kepribadian psikoanalisis mengatakan bahwa jiwa terdiri dari 3 sistem yaitu: Id ("es"), superego ("uber ich") dan ego ("ich"). Id terletak dalam ketidaksadaran. Ia merupakan tempat dari dorongan-dorongan primitif, yaitu dorongan-dorongan yang belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan yaitu dorongan untuk hidup dan mempertahankan kehidupan (life instinct) dan dorongan untuk mati (death instinct). Bentuk dari dorongan hidup adalah seksual atau disebut libido dan bentuk dari dorongan mati adalah agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan orang ingin menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah. Prinsip yang dianut oleh Id adalah prinsip kesenangan (pleasure principle), yaitu bahwa tujuan dari Id adalah memuaskan semua dorongan primitif ini.

B. TERAPI dalam PSIKOANALISA
Image result for asosiasi bebas freud
Suatu tehnik terapi yang dikembangkan Freud, yakni psikoanalisis dilakukan dengan cara menyelidiki secara intensif motivasi tak sadar pasien. Di sini seorang pasien mengungkapkan dirinya dengan asosiasi bebas.Kecepatan untuk mengungkapkan hal-hal dalam asosiasi bebas berhubungan dengan tingkat resistensi pasien terhadap terapi. Asosiasi bebas juga tidak selalu berjalan teratur atau berurutan secara kronologis, dan mungkin terinterupsi dengan menghalangi atau menahan asosiasi-asosiasi dan dengan sengaja mengeluarkan hal-hal yang tidak relevan serta akan mengalihkan perhatian.
Pasien biasanya berasosiasi bebas pada sebagian besar jam analitik, tetapu ia bisa juga melaporkan mimpi-mimpi dan peristiwa-peristiwa lain dalam kehidupan sehari-hari atau sejarah masa lampau. Melaporkan mimpi-mimpi bukan sesuatu yang terpisah dari asosiasi bebas karena pasien disuruh memasukkan asosiasinya pada waktu ia menceritakan mimpi-mimpi itu. Pasien-pasien Freud secara spontan menyadari mimpi-mimpi itu dan kemudian mimpi-mimpi tersebut diberi asosiasi bebas.
Analisis mimpi adalah suatu tehnik yang penting untuk menyingkapkan bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien pemahaman terhadap beberapa masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresikan muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan yang mudah menuju ketidaksadaran” karena melalui mimpi-mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tidak disadari akan diungkapkan.
Tujuan utama terapi :mengangkat konflik (emosi dan motif yang direpresi) ke kesadaran sehingga dapat ditangani dengan cara yang lebih rasional dan realistik
Tugas terapis : mempersiapkan pasien untuk menghadapi material yang menimbulkan kecemasan yang telah diungkapkan
Lamanya terapi : 3 –6 tahun, sesi 4 kali atau lebih dalam seminggu. Masing –masing sesi lamanya 45 – 50 menit
Indikasi : konflik psikologis yang telah berlangsung lama dan telah menimbulkan gejala atau gangguan.


HUMANISTIK

  A. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI HUMANISTIK
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. 
Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi
Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.
 

Image result for hirarki kebutuhan maslow

Menurut Maslow, sebagian besar orang sukar melampaui tahap kebutuhan akan cinta kasih, karena itu terapis harus mengembangkan relasi yang terbuka dan hangat kepada klien.
Tujuan terapi adalah?
Mengurangi rasa ketergantungan kepada orang lain dan untuk memotivasi individu menuju aktualisasi diri.

ROGERS DAN CLIENT-CENTERED THERAPY (1946)
Image result for carl rogers
1. Dua orang berada berada dalam kontak psikologis.
2. Orang pertama (klien) dalam kondisi incongruence (kondisi dimana self-image tidak sama dengan pengalaman aktual).
3. Orang kedua (konselor) dalam kondisi congruence.
4. Konselor memberikan unconditional positive regardpada klien.
5. Konselor mengembangkan empathic understanding dan mengkomunikasikannya kepada klien.
6. Komunikasi no.5 harus tercapai agar terapis benar- benar nyata bagi klien.
TEKNIK TERAPI HUMANISTIK
1. Content Analysis
Mengambil inti dari rekaman pernyataan klien untuk ditabulasikan.
2. Rating Scales
Serangkaian pernyataan yang berisi karakteristik yang akan diukur dengan cara menggambarkan kekuatan atau kelemahan dari karakteristik tersebut dalam suatu kontinum.
3. Q-Sort Procedure
Klien diberi tumpukan kartu atau kertas yang berisi berbagai pernyataan, lalu diminta untuk menyusun pernyataan- pernyataan tersebut dalam suatu kontinum dari yang paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai untuk menggambarkan dirinya.

BEHAVIOR

A.    SEJARAH SINGKAT PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam tingkah laku manusia. Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu: trend I: kondisional klasik (classical conditioning), trend II: kondisioning operan (operant conditioning), dan trend III: terapi kognitif (kognitif therapy) (Corey, 1986).

B.     PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling. Pendekatan behavioral berpendapat bahwa perilaku dapat dimodifikasi dengan mempelajari kondisi dan pengalaman. Menurut Latipun (2010) mengatakan bahwa pandangan tentang manusia pada pendekatan behavioristik:
1.      Memandang manusia secara intrinsic bukan sebagai baik atau buruk, tetapi sebagai hasil dari pengalaman yang memiliki potensi untuk segala jenis perilakunya.
2.      Menusia mampu untuk mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya.
3.      Manusia mampu mendapatkan perilaku baru.
4.      Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi orang lain.
 


C.    KONSEP DASAR PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah  tetang tigkahlaku manusia yaitu pendektan ynag sistemati dan terstruktur dala konseling. Pandangan ini melihat indvidu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikit sekali melihat potensi manusia sebagai produse lingkungan. (Corey, 1986, p. 175). Pada awalnya pendekatan ini hanya mempercayai hal yang dapat diamati dan dukur sebagai sesuat yang sah dalam pengukuran keribadian. Kemudian pendekatan ini dikembagkan lebi lanjut yang mulai menerima fenomena kejiwaan  yang abstrak seperti id, ego, dan ilusi endekatan ini memendang perilaku yag malasua sebagai hasil belajar dari lingkngan secara keliru.
D.    PERILAKU BERMASALAH MENURUT PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Menurut Latipun (2010), perilaku yang bermasalah dalam  pandangan behavior dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah  penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Dan perilaku juga dikatakan mengalami salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa individu konflik dengan lingkungannya. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu adalah perilaku yang bukan sekadar memperoleh kepuasan pada jangka pendek, tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan dalam jangka yang lebih panjang.
Image result for proses konseling

TEKNIK FLOODING 
Pembanjiran (flooding) merupakan teknik modifikasi perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F. Skinner. Pembanjiran (flooding) adalah membanjiri konseli dengan situasi atau penyebab kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli sadar bahwa yang dicemaskan tidak terjadi. Pembanjiran harus dilakukan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Pembanjiran sesuai untuk menangani kasus fobia. Tujuannya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulkan, dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan (condition stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan, tanpa member penguatan (reinforcement).
CARA-CARA PENERAPAN FLOODING
Menurut Komalasari (2011) terdapat dua cara melakukan pembanjiran yang dijadikan alternatif bagi konselor dalam menerapkan flooding:
1.      Invivo
Konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi atau stimulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama terapi berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi tersebut. Pada kasus-kasus dengan tingkat rasa takut yang sangat tinggi, flooding dapat dilakukan secara bertahap. Misal takut akan ketinggian, dimulai dengan mengajak konseli melihat ke jendela dari ruang lantai 1, lantai 2, sampai ke lantai 10.
2.      Imajeri
Stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin meningkatkan rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli membayangkan tanpa disertai akibat yang dahsyat dapat menurunkan tingkat rasa takutnya, dan ia akan siap menghadapi situasi sebenarnya. Tetapi berdasarkan pendapat ahli, proses mengalami langsung lebih efektif. Teknik ini basa digunakan untuk kasus-kasus fobia, obsesif, psikotik. Teknik flooding dikembangkan oleh Stampfl (dalam Komalasari, 2011) dengan nama terapi implosif. Langkah-langkah terapi implosif adalah:
a.       Pencarian stimulus yang memicu gejala.
b.      Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala membentuk perilaku konseli.
c.       Meminta konseli membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.
d.      Bergerak semakin dekat kepada ketakutan paling kuat yang dialami konseli, dan meminta konseli untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya.
e.       Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.


PENJENUHAN
Menurut Komalasari (2011), penjenuhan (satiation) adalah varian dari flooding untuk self control. Kontrol diri (self control) berasumsi bahwa tingkah laku dipengaruhi variabel eksternal. Kontrol diri adalah bagaimana individu mengontrol variabel eksternal yang menentukan tingkah laku. Hal ini dilakukan dengan memindahkan atau menghindar (removing/avoiding) dari situasi berpengaruh buruk. Memperkuat diri (reinforce oneself) yaitu memberi reinforcement kepada diri sendiri, terhadap “prestasi” dirinya. Janji nonton kalau prestasi belajar baik. Self punishment yaitu menghukum diri sendiri bisa hukuman fisik atau mengurangi hak-haknya seperti menonton TV atau membeli makanan atau barang yang diinginkannya.
Penjenuhan (satiation) adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi bersedia melakukannya. Menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak dinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi.


Daftar Pustaka


Komalasari, Gantina. 2011.  Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. INDEKS
psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pd
Semiun, Y. 2006. Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.