A. SEJARAH SINGKAT PSIKOANALISA
Sigmund Freud merupakan tokoh pendiri psikoanalisis
atau disebut juga aliran psikologi dalam (depth psychology) ini secara
skematis menggambarkan jiwa sebagai sebuah gunung es. Bagian yang muncul di permukaan
air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu, yang dalam hal
kejiwaan adalah bagian kesadaran (conscious-ness). Agak di bawah
permukaan air adalah bagian yang disebutnya prakesadaran atau subconsciousness
atau preconsciousness. Ketidaksadaran ini berisi dorongan-dorongan
yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Bagian yang terbesar dari
gunung es itu berada di bawah permukaan air sama sekali dan dalam hal jiwa
merupakan alam ketidaksadaran (unconscousness). Ketidaksadaran ini
berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Dorongandorongan
ini mendesak ke atas, sedangkan tempat di atas sangat terbatas sekali.Tinggallah
"Ego" (Aku) yang memang menjadi pusat daripada kesadaran yang harus
mengatur dorongan-dorongan mana yang harus tetap tinggal di ketidaksadaran.
Sebagian besar dari dorongan-dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu
memang harus tetap tinggal dalam ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak
tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau "Ego" tidak cukup
kuat menahan desakan ini akan terjadilah kelainan-kelainan kejiwaan seperti
psikoneurosa atau psikose.Dorongan-dorongan yang terdapat dalam ketidaksadaran
sebagian adalah dorongan-dorongan yang sudah ada sejak manusia lahir, yaitu
dorongan seksual dan dorongan agresi, sebagian lagi berasal dari pengalaman
masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan pengalaman itu bersifat
traumatis (menggoncangkan jiwa),sehingga perlu ditekan dan dimasukkan dalam
ketidaksadaran. Sebagai teori kepribadian psikoanalisis mengatakan bahwa jiwa
terdiri dari 3 sistem yaitu: Id ("es"), superego ("uber
ich") dan ego ("ich"). Id terletak dalam ketidaksadaran. Ia
merupakan tempat dari dorongan-dorongan primitif, yaitu dorongan-dorongan yang
belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan yaitu dorongan untuk hidup dan
mempertahankan kehidupan (life instinct) dan dorongan untuk mati (death
instinct). Bentuk dari dorongan hidup adalah seksual atau disebut libido
dan bentuk dari dorongan mati adalah agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan
orang ingin menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah. Prinsip
yang dianut oleh Id adalah prinsip kesenangan (pleasure principle), yaitu
bahwa tujuan dari Id adalah memuaskan semua dorongan primitif ini.
B. TERAPI dalam PSIKOANALISA

Suatu tehnik terapi yang dikembangkan Freud, yakni
psikoanalisis dilakukan dengan cara menyelidiki secara intensif motivasi tak
sadar pasien. Di sini seorang pasien mengungkapkan dirinya dengan asosiasi
bebas.Kecepatan untuk mengungkapkan hal-hal dalam asosiasi bebas berhubungan
dengan tingkat resistensi pasien terhadap terapi. Asosiasi bebas juga tidak
selalu berjalan teratur atau berurutan secara kronologis, dan mungkin
terinterupsi dengan menghalangi atau menahan asosiasi-asosiasi dan dengan
sengaja mengeluarkan hal-hal yang tidak relevan serta akan mengalihkan
perhatian.
Pasien biasanya berasosiasi bebas pada sebagian
besar jam analitik, tetapu ia bisa juga melaporkan mimpi-mimpi dan
peristiwa-peristiwa lain dalam kehidupan sehari-hari atau sejarah masa lampau.
Melaporkan mimpi-mimpi bukan sesuatu yang terpisah dari asosiasi bebas karena
pasien disuruh memasukkan asosiasinya pada waktu ia menceritakan mimpi-mimpi
itu. Pasien-pasien Freud secara spontan menyadari mimpi-mimpi itu dan kemudian
mimpi-mimpi tersebut diberi asosiasi bebas.
Analisis mimpi adalah suatu tehnik yang penting
untuk menyingkapkan bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien
pemahaman terhadap beberapa masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur,
pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresikan muncul
ke permukaan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan yang mudah menuju
ketidaksadaran” karena melalui mimpi-mimpi tersebut hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tidak disadari akan
diungkapkan.
Tujuan utama terapi :mengangkat konflik (emosi dan
motif yang direpresi) ke kesadaran sehingga dapat ditangani dengan cara yang
lebih rasional dan realistik
Tugas terapis : mempersiapkan pasien untuk
menghadapi material yang menimbulkan kecemasan yang telah diungkapkan
Lamanya terapi : 3 –6 tahun, sesi 4 kali atau lebih
dalam seminggu. Masing –masing sesi lamanya 45 – 50 menit
Indikasi
: konflik psikologis yang telah berlangsung lama dan telah menimbulkan gejala
atau gangguan.
HUMANISTIK
A. SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI HUMANISTIK
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai
uraian aliran psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka
merasa bahwa teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu
berbeda dari binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk
menguasai diri dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran
ini mendirikan sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang
pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka.
Teori hierarki kebutuhan Maslow adalah teori
yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Ia beranggapan bahwa
kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup
terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi
menjadi hal yang memotivasi
Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut Maslow
sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hierarki atau
tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan
dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa
memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan
dan kebutuhan akan aktualisasi diri Maslow memberi hipotesis bahwa
setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan
memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi
tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu dapat kembali pada
tingkat kebutuhan yang sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan
tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency
motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas
setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan
pembawaan dari setiap manusia.

Menurut Maslow, sebagian besar orang sukar melampaui
tahap kebutuhan akan cinta kasih, karena itu terapis harus mengembangkan relasi
yang terbuka dan hangat kepada klien.
Tujuan terapi adalah?
Mengurangi rasa ketergantungan kepada orang lain dan
untuk memotivasi individu menuju aktualisasi diri.
ROGERS DAN CLIENT-CENTERED THERAPY (1946)

1. Dua orang berada berada dalam kontak psikologis.
2. Orang pertama (klien) dalam kondisi incongruence
(kondisi dimana self-image tidak sama dengan pengalaman aktual).
3. Orang kedua (konselor) dalam kondisi congruence.
4. Konselor memberikan unconditional positive
regardpada klien.
5. Konselor mengembangkan empathic understanding dan
mengkomunikasikannya kepada klien.
6. Komunikasi no.5 harus tercapai agar terapis
benar- benar nyata bagi klien.
TEKNIK TERAPI HUMANISTIK
1. Content Analysis
Mengambil inti dari rekaman pernyataan klien untuk
ditabulasikan.
2. Rating Scales
Serangkaian pernyataan yang berisi karakteristik
yang akan diukur dengan cara menggambarkan kekuatan atau kelemahan dari
karakteristik tersebut dalam suatu kontinum.
3. Q-Sort Procedure
Klien diberi tumpukan kartu atau kertas yang berisi berbagai
pernyataan, lalu diminta untuk menyusun pernyataan- pernyataan tersebut dalam
suatu kontinum dari yang paling sesuai sampai yang paling tidak sesuai untuk
menggambarkan dirinya.
BEHAVIOR
A. SEJARAH SINGKAT PENDEKATAN
BEHAVIORISTIK
Perkembangan pendekatan behavior diawali pada tahun
1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif
psikoanalisis yang dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil
eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar
dalam tingkah laku manusia. Pendekatan ini memiliki perjalanan panjang mulai
dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap
manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri
dari tiga trend utama, yaitu: trend I: kondisional klasik (classical
conditioning), trend II: kondisioning operan (operant conditioning), dan trend
III: terapi kognitif (kognitif therapy) (Corey, 1986).
B. PANDANGAN TENTANG MANUSIA
Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan
ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan
sistematik dan terstruktur pada konseling. Pendekatan behavioral berpendapat
bahwa perilaku dapat dimodifikasi dengan mempelajari kondisi dan pengalaman.
Menurut Latipun (2010) mengatakan bahwa pandangan tentang manusia pada
pendekatan behavioristik:
1. Memandang manusia
secara intrinsic bukan sebagai baik atau buruk, tetapi sebagai hasil dari
pengalaman yang memiliki potensi untuk segala jenis perilakunya.
2. Menusia mampu untuk
mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya.
3. Manusia mampu
mendapatkan perilaku baru.
4. Manusia dapat
mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi orang
lain.
C.
KONSEP DASAR PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan
ilmiah tetang tigkahlaku manusia yaitu
pendektan ynag sistemati dan terstruktur dala konseling. Pandangan ini melihat
indvidu sebagai produk dari kondisioning sosial, sedikit sekali melihat potensi
manusia sebagai produse lingkungan. (Corey, 1986, p. 175). Pada awalnya
pendekatan ini hanya mempercayai hal yang dapat diamati dan dukur sebagai
sesuat yang sah dalam pengukuran keribadian. Kemudian pendekatan ini
dikembagkan lebi lanjut yang mulai menerima fenomena kejiwaan yang abstrak seperti id, ego, dan ilusi
endekatan ini memendang perilaku yag malasua sebagai hasil belajar dari
lingkngan secara keliru.
D. PERILAKU BERMASALAH MENURUT
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Menurut Latipun (2010), perilaku yang bermasalah
dalam pandangan behavior dapat
dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negative atau perilaku
tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku
yang salah penyesuaian terbentuk melalui
proses interaksi dengan lingkungannya. Dan perilaku juga dikatakan mengalami
salah penyesuaian jika tidak selamanya membawa individu konflik dengan
lingkungannya. Perilaku yang perlu dipertahankan atau dibentuk pada individu
adalah perilaku yang bukan sekadar memperoleh kepuasan pada jangka pendek,
tetapi perilaku yang tidak menghadapi kesulitan-kesulitan yang lebih luas, dan
dalam jangka yang lebih panjang.

TEKNIK FLOODING
Pembanjiran (flooding) merupakan teknik modifikasi
perilaku berdasarkan prinsip teori yang dikemukakan oleh B.F. Skinner.
Pembanjiran (flooding) adalah membanjiri konseli dengan situasi atau penyebab
kecemasan atau tingkah laku tidak dikehendaki, sampai konseli sadar bahwa yang
dicemaskan tidak terjadi. Pembanjiran harus dilakukan hati-hati karena mungkin
akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Pembanjiran sesuai untuk menangani
kasus fobia. Tujuannya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulkan,
dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan (condition stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang
sehingga terjadi penurunan, tanpa member penguatan (reinforcement).
CARA-CARA PENERAPAN FLOODING
Menurut Komalasari (2011) terdapat dua cara
melakukan pembanjiran yang dijadikan alternatif bagi konselor dalam menerapkan flooding:
1.
Invivo
Konselor mencoba membawa konseli hadir pada situasi
atau stimulus yang menimbulkan rasa takut dengan segera selama terapi
berlangsung, dilakukan selama 1 jam atau lebih setiap sesinya, disertai
pencegahan terhadap perilaku untuk menghindari atau lari dari situasi tersebut.
Pada kasus-kasus dengan tingkat rasa takut yang sangat tinggi, flooding dapat dilakukan secara
bertahap. Misal takut akan ketinggian, dimulai dengan mengajak konseli melihat
ke jendela dari ruang lantai 1, lantai 2, sampai ke lantai 10.
2. Imajeri
Stimulus yang menakutkan bisa dihadirkan juga dengan
membayangkan, konselor akan membuat gambaran situasi yang semakin meningkatkan
rasa takut dan semakin mencemaskan. Pengalaman konseli membayangkan tanpa
disertai akibat yang dahsyat dapat menurunkan tingkat rasa takutnya, dan ia
akan siap menghadapi situasi sebenarnya. Tetapi berdasarkan pendapat ahli,
proses mengalami langsung lebih efektif. Teknik ini basa digunakan untuk
kasus-kasus fobia, obsesif, psikotik. Teknik flooding dikembangkan oleh Stampfl (dalam Komalasari, 2011) dengan
nama terapi implosif. Langkah-langkah terapi implosif adalah:
a. Pencarian
stimulus yang memicu gejala.
b. Menaksir bagaimana
gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-gejala membentuk perilaku konseli.
c. Meminta
konseli membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan
atas kepantasan situasi yang dihadapi.
d. Bergerak semakin
dekat kepada ketakutan paling kuat yang dialami konseli, dan meminta konseli
untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya.
e.
Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri
konseli.
PENJENUHAN
Menurut Komalasari (2011), penjenuhan (satiation) adalah varian dari flooding untuk self control. Kontrol diri (self
control) berasumsi bahwa tingkah laku dipengaruhi variabel eksternal.
Kontrol diri adalah bagaimana individu mengontrol variabel eksternal yang
menentukan tingkah laku. Hal ini dilakukan dengan memindahkan atau menghindar (removing/avoiding) dari situasi
berpengaruh buruk. Memperkuat diri (reinforce
oneself) yaitu memberi reinforcement
kepada diri sendiri, terhadap “prestasi” dirinya. Janji nonton kalau prestasi
belajar baik. Self punishment yaitu
menghukum diri sendiri bisa hukuman fisik atau mengurangi hak-haknya seperti
menonton TV atau membeli makanan atau barang yang diinginkannya.
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak lagi
bersedia melakukannya. Menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak
dinginkan dengan memberikan reinforcement
yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak
akan melakukan tingkah laku yang tidak diinginkan lagi.
Daftar Pustaka
Komalasari, Gantina. 2011. Teori
dan Teknik Konseling. Jakarta: PT. INDEKS
psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/10/behaviorisme.pd
Semiun,
Y. 2006. Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar